Tujuh Prinsip.com - Setiap orang apapun agama yang dianutnya, selain bertanggung jawab terhadap diri dan keluarga juga memiliki tanggung jawab sosial. Kegiatan sosial biasanya tidak mengharap imbalan. Dalam istilah saat ini, kegiatan yang tidak mengharapkan imbalan disebut kerelawanan.
Banyak sekali dalil-dalil agama yang mengatur tentang hal ini. Akan tetapi penulis hanya menyebutkan beberapa saya untuk membuat nyaman pembaca.
Baca juga : Alat Pembakaran Sampah
Dalil Islam
"(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka". [QS. Al-Baqarah ayat 2].
Dari ayat ini saja sudah cukup bagi seorang muslim untuk menggunakannya sebagai pedoman. Karena dalam pandangan awam, rezeki itu tidak hanya uang, akan tetapi waktu, tenaga, pemikiran/skill juga dapat dikategorikan sebagai rezeki. Jadi, mendermakan sebagian waktu, tenaga dan skillnya untuk masyarakat tanpa mengharapkan imbalan adalah sebuah kewajiban dalam Islam.
Masih banyak ayat-ayat Al Qur'an yang memerintahkan menginfakkan sebagian rezeki.
"Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." [HR. Muslim] dan kalimat yang sering kita dengan adalah “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (kalimat ini akan kita bahas pada artikel selanjutnya).”
Baca juga : Inovasi Bakti Sosial
Ayat Injil
Galatia 6:2, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”
Mazmur 147:3 Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka f mereka;
Dalam Buddhis, cinta kasih ini disebut dengan metta yang diberikan makna cinta kasih yang tanpa batas. Dhamma ajaran Buddha dibabarkan kepada semua makhluk demi kebahagiaan. Karenanya, Dhamma disampaikan dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan.
Baca juga : Cara Membuat Website
Dalam agama Hindu, "siwa" adalah konsep pelayanan kepada Tuhan dan/atau umat manusia, tanpa mengharapkan imbalan. Menurut kitab suci Hindu, siwa dipandang sebagai bentuk tertinggi dari dharma (kebajikan). Siwa dikatakan memberikan karma baik yang memfasilitasi atma (jiwa) untuk mendapatkan moksha (emansipasi dari siklus kematian dan kelahiran kembali). Sebelum awal abad ke-19, arti dari siwa (melayani atau menghormati) hampir sama artinya dengan puja (menyembah), yang biasanya juga termasuk pembagian prasad (persembahan korban atau makanan yang disucikan), seperti makanan, buah-buahan, dan permen untuk semua yang berkumpul. Jadi, siwa biasanya melibatkan persembahan makanan kepada dewa dan murti (berhala), diikuti dengan pembagian makanan tersebut sebagai prasad. Konsep siwa dan karma yoga dijelaskan dalam Bhagavad Gita, di mana Krishna menguraikan pokok bahasan tersebut. Di zaman modern, konsepnya telah dibawa ke kerelawanan untuk kebaikan yang lebih besar, seperti bantuan bencana dan insiden besar lainnya.
Jadi, setiap agama mewajibkan peran sosial / kerelawanan. Mulai sekarang, jangan segan-segan untuk menyingsingkan lengan baju untuk menolong sesama ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar